Karakteristik Sumberdaya DAS
Sumber: http://bejoslam.blogspot.com/2007/12/pengelolaan-daerah-aliran-sungai.html
1. Biofisik
Lingkungan biofisik Daerah Aliran Sungai meliputi:
a) Bentuk wilayah (topologi, bentuk dan luas DAS, dan lain-lain);
b) Tanah (jenis tanah, sifat kimia/fisik, kelas kemampuan, kelas kesesuaian dan lain-lain)
c) Vegetasi/hutan (jenis, kerapatan, penyebaran dan lain-lain)
d) Geologi dan Geomorfologi.
2. Klimatis dan Hidrologi
Kondisi iklim yang sangat erat kaitannya dengan pengelolaan DAS adalah curah hujan/presipitasi. Besaran
curah hujan, distribusi/sebaran spasial maupun sebaran waktunya sangat
mempengaruhi respon hidrologi dari DAS yang bersangkutan. Sedangkan parameter hidrologi yang penting adalah hasil Air (kualitas dan kuantitas air, dan kontinuitasnya).
3. Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi akan berbeda-beda untuk DAS yang berbeda pula. Sebaran penduduk baik secara spasial, umur maupun jenis kelamin, mata pencaharian penduduk, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan masyarakat, tingkat ketergantungan masyarakat
terhadap sumberdaya alam, kebiasan/adat istiadat masyarakat yang
terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam di dalam kawasan DAS, pola
penggunaan lahan dan lain-lain.
4. Organisasi Pengelola dan Aspek Kelembagaan
Karyana
(2001) mengemukakan bahwa secara umum permasalahan utama dalam
pembangunan pengelolaan DAS adalah belum mantapnya institusi dan
lemahnya sistem perencanaan yang komprehensif. Gejala umum yang timbuk
dari kondisi di atas antara lain: (1) masyarakat dalam DAS masih
ditempatkan sebagai objek dan bukan subjek pembangunan (2) manfaat
pembangunan lebih banyak dinikmati oleh elit-elit tertentu dan belum
terdistribusi secara merata (3) masyarakat belum mampu untuk
berpartisipasi secara nyata dalam proses pembangunan (4) masyarakat masih menjadi bagian terpisah (eksternal) dari ekosistem DAS.
Sedangkan
permasalahan utama dalam pengelolaan DAS dan konservasi tanah berkaitan
dengan masalah kelembagaan berupa : (1) perbedaan sistem nilai (value)
masyarakat berkenaan dengan kelangkaan sumberdaya, sehingga penanganan
persoalan di Jawa berbeda dengan di luar Jawa, (2) orientasi ekonomi
yang kuat tidak diimbangi komitmen terhadap perlindungan fungsi
lingkungan yang berimplikasi pada munculnya persoalan dalam implementasi
tata ruang, (3) persoalan laten berkaitan dengan masalah agraria dan
(4) kekosongan lembaga/instansi pengontrol pelaksanaan program (Marwah,
2001).
Kebijakan dan kelembagaan (institusi) sulit dipisahkan, seperti dua sisi sekeping mata uang. Kebijakan yang bagus tetapi dilandasi kelembagaan yang jelek tidak akan membawa proses pembangunan mencapai hasil secara maksimal. Demikian juga sebaliknya, kelembagaan yang bagus tetapi kebijakannya tidak mendukung juga membuat tujuan pembangunan sulit dicapai sesuai harapan. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan pembangunan seringkali bersumber dari kegagalan negara dan pemerintah dalam membuat dan mengimplementasikan
kebijakan yang benar serta mengabaikan pembangunan kelembagaan yang
seharusnya menjadi dasar dari seluruh proses pembangunan baik sosial,
ekonomi, politik, teknologi maupun pengelolaan sumber daya alam.
Ringkasnya kegagalan terjadi karena tata kelola pemerintahan yang buruk.
Sumber: http://bejoslam.blogspot.com/2007/12/pengelolaan-daerah-aliran-sungai.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar